TELIKSANDI
NEWS TICKER

Guru MAN 2 Bantul Bahas Koordinasi Fiskal-Moneter di Forum MGMP Ekonomi DIY

Kamis, 16 Oktober 2025 | 2:35 pm
Reporter:
Posted by: Jo Han
Dibaca: 29

Bantul, 15 Oktober 2025. Para guru ekonomi dari berbagai madrasah aliyah di Daerah Istimewa Yogyakarta berkumpul dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ekonomi DIY yang diselenggarakan di Aula MAN 4 Bantul, Rabu (15/10/2025). Kegiatan ini mengusung tema “Penguatan Kompetensi Kebijakan Moneter dan Produk Jasa Bank Sentral bagi Guru Ekonomi”, menghadirkan narasumber dari Bank Indonesia (BI), Arya Jodilistyo, dan dibuka secara resmi oleh Ketua MGMP Ekonomi DIY, Toni Purwanti, serta Kepala MAN 4 Bantul, Syaefulani.

Dari MAN 2 Bantul, hadir dua guru ekonomi yakni Fitria Endang Susana dan Mas Indah Murdaningrum, yang berperan aktif mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Keduanya dikenal sebagai guru yang selalu antusias dalam memperbarui kompetensi dan berkontribusi dalam forum profesional seperti MGMP.

Kegiatan MGMP kali ini bertujuan memperkuat pemahaman guru ekonomi mengenai kebijakan moneter serta fungsi Bank Sentral dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Dalam sambutannya, Toni Purwanti menekankan bahwa guru ekonomi memiliki peran penting dalam menjembatani teori ekonomi dengan dinamika kebijakan aktual pemerintah. “Perubahan ekonomi yang cepat menuntut guru untuk terus belajar agar pembelajaran ekonomi tidak berhenti di teori. Kita harus mengaitkannya dengan peristiwa nyata, terutama yang sedang terjadi di ranah kebijakan fiskal dan moneter nasional,” ujar Toni.

Sementara itu, Kepala MAN 4 Bantul, Syaefulani, menyampaikan apresiasi atas kerja sama MGMP Ekonomi DIY dengan Bank Indonesia. Ia menilai kegiatan ini menjadi ajang strategis untuk memperbarui pengetahuan guru dan memperkuat jejaring antarpendidik. “Kegiatan seperti ini memperkuat peran madrasah dalam menumbuhkan generasi muda yang cerdas finansial dan peka terhadap dinamika ekonomi nasional,” ucapnya.

Narasumber Arya Jodilistyo dari Bank Indonesia memberikan paparan menarik tentang kebijakan moneter, peran Bank Sentral, dan produk serta layanan unggulan BI. Ia menjelaskan tiga fungsi utama Bank Indonesia, yakni menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur sistem pembayaran, dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Dalam paparannya, Arya juga menjelaskan berbagai instrumen moneter seperti operasi pasar terbuka, suku bunga acuan (BI Rate), dan cadangan wajib minimum yang digunakan untuk mengendalikan inflasi dan menjaga likuiditas ekonomi nasional.

Selain kebijakan inti, Arya memperkenalkan inovasi sistem keuangan digital yang tengah dikembangkan BI, seperti QRIS dan BI-FAST, yang bertujuan mendukung efisiensi transaksi dan memperluas inklusi keuangan masyarakat. “Bank Indonesia bukan hanya lembaga pengatur kebijakan, tetapi juga pelaksana literasi keuangan nasional. Kami ingin masyarakat, termasuk pelajar, memahami peran BI dalam menjaga stabilitas ekonomi,” ungkap Arya.

Sesi tanya jawab menjadi bagian yang paling dinanti. Para guru ekonomi dari berbagai daerah antusias mengajukan pertanyaan yang mengaitkan teori dengan kondisi ekonomi terkini. Dari antara peserta, Fitria Endang Susana, guru ekonomi MAN 2 Bantul, mengajukan pertanyaan kritis yang memancing perhatian seluruh peserta dan narasumber. Dalam forum tersebut, Fitria menyoroti kebijakan yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Purbaya Yudhi Sadewa, mengenai pengucuran pinjaman sebesar Rp200 triliun ke bank-bank umum melalui bank milik pemerintah. Fitria bertanya, “Bagaimana pandangan Bank Indonesia terhadap kebijakan pengucuran pinjaman Rp200 triliun yang disalurkan pemerintah melalui bank milik negara? Sejauh mana kebijakan tersebut mempengaruhi stabilitas moneter dan apa langkah Bank Indonesia dalam menjaga keseimbangan sistem keuangan nasional?”

Pertanyaan tersebut mencerminkan perhatian guru terhadap hubungan erat antara kebijakan fiskal dan moneter, sekaligus menunjukkan semangat literasi ekonomi yang tinggi di kalangan pendidik madrasah. Menanggapi pertanyaan tersebut, Arya Jodilistyo menjelaskan bahwa kebijakan pengucuran dana tersebut merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk memperkuat likuiditas perbankan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Meski demikian, ia menekankan bahwa kebijakan fiskal seperti ini harus diimbangi dengan kebijakan moneter yang hati-hati agar tidak menimbulkan tekanan inflasi.

“Bank Indonesia berperan menjaga agar kebijakan pemerintah di sektor fiskal tidak mengganggu kestabilan moneter. Kami melakukan koordinasi erat melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan untuk memastikan keseimbangan antara likuiditas dan inflasi tetap terjaga,” jelasnya. Jawaban tersebut disambut antusias oleh peserta, termasuk para guru MAN 2 Bantul yang menganggap bahwa contoh kasus seperti ini dapat menjadi bahan ajar kontekstual di kelas ekonomi.

Usai kegiatan, Fitria Endang Susana menyampaikan bahwa forum seperti MGMP tidak hanya menambah wawasan teoretis, tetapi juga memperkaya pemahaman praktis tentang kebijakan ekonomi yang sedang berjalan. “Kegiatan ini memberikan kami pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana Bank Indonesia dan pemerintah berkoordinasi dalam menjaga stabilitas ekonomi. Ini penting untuk kami ajarkan kepada siswa agar mereka memahami bahwa ekonomi bukan hanya angka, tetapi juga kebijakan nyata yang mempengaruhi kehidupan,” ungkap Fitria.

Sementara itu, Mas Indah Murdaningrum menambahkan bahwa ia akan mengadaptasi hasil dari forum ini ke dalam pembelajaran berbasis studi kasus. “Kami ingin siswa belajar menganalisis peristiwa ekonomi terkini, seperti kebijakan moneter, inflasi, atau pinjaman pemerintah, dengan pendekatan berpikir kritis dan bernalar,” katanya.

Kegiatan MGMP Ekonomi DIY ini menjadi bukti nyata bahwa guru madrasah tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga penggerak literasi ekonomi di lingkungan pendidikan Islam. Dengan keterlibatan aktif guru-guru seperti Fitria Endang Susana dan Mas Indah Murdaningrum, madrasah semakin menunjukkan kiprahnya dalam membangun generasi muda yang peka terhadap isu-isu kebijakan publik dan keuangan nasional. Melalui penguatan kompetensi kebijakan moneter dan pemahaman terhadap peran Bank Sentral, diharapkan para guru ekonomi dapat mentransfer pengetahuan ini secara lebih kontekstual dan inspiratif kepada peserta didik. Dengan demikian, madrasah bukan hanya menjadi pusat ilmu agama, tetapi juga menjadi ruang pembentukan generasi ekonomi cerdas dan berintegritas.

Share this:

[addtoany]

Berita Lainnya

AWPI PERS GUARD - TELIKSANDI.ID