Mr Djuyoto Suntani (berkacamata) saat peresmian Gong Perdamaian di Kroasia (Istimewa)
Jakarta, teliksandi.id – Tokoh paling berpengaruh dan paling dihormati di Planet Bumi yang menjabat sebagai Presiden the World Peace Committee 202 Negara HE Mr Djuyoto Suntani minta Pemerintah Indonesia dan seluruh masyarakat untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dan perilaku barbar di beberapa tempat Indonesia belakangan ini.
“Sekarang ini yang saya minta hentikan semua bentuk kekerasan di tanah Indonesia”
Presiden Dunia Mr Djuyoto Suntani minta hentikan semua kekerasan di Indonesia.
“Contoh paling nyata seminggu lalu pada 21 September 2019, Saya meresmikan Gong Perdamaian Dunia di Kota Vukovar, Republik Kroasia, namun Duta Besar Indonesia tidak muncul di acara. Padahal yang minta saya nyumbang Gong Perdamaian Dunia itu dulu Bu Retno LP Marsudi (Menteri Luar Negeri Republik Indonesia). Ini acara kok Duta Besar Indonesia tidak berani muncul. Lalu Tugas Duta Besar untuk apa buang-buang uang rakyat tapi tidak ngerti kerja,” ujar Pemimpin Dunia asal Indonesia ini dengan nada heran melihat Negara Republik Indonesia sekarang ini.
“Saya minta Pemerintah Indonesia dan segala elemen masyarakat untuk menghentikan perilaku kekerasan yang memalukan Indonesia di mata dunia internasional,” tegas tokoh kelahiran Jepara, Jawa Tengah Indonesia ini di Tirama, Albania, Minggu (29/9/2019).
Sebagai tokoh terbesar dunia yang lahir di Indonesia, Presiden Dunia Mr Djuyoto Suntani minta Negara Republik Indonesia diurus yang benar oleh orang-orang yang tahu tentang Negara Republik Indonesia.
Ia melihat bahwa Indonesia sekarang semakin tidak jelas eksistensinya.
“Sekarang ini yang saya minta hentikan semua bentuk kekerasan di tanah Indonesia. Kalau mau jadi jagoan yang berani jangan sesama rakyat Indonesia tapi bertempur di luar Indonesia, itu baru hebat,” pungkas Presiden Dunia Mr Djuyoto Suntani.
Ia pun mengaku prihatin dengan mental Bangsa Indonesia yang cuma jago kadang. Berani cuma di Indonesia tapi di luar Indonesia jadi manusia yang rendah diri, minder, dan tidak berani tampil. (Red)