Jakarta | TELIKSANDI.id – Hari demi hari berjalan berproses menikmati kesendirian dalam perjalanan hidup, tiba-tiba datang undangan dari rekan-rekan untuk mengisi materi sekaligus konsolidasi organisasi di salahsatu hotel puncak baturaden Purwokerto Jawa Tengah, berangkat dari solo setelah sholat Jum’at menyusuri jalan sambil relaxasi diri, menikmati suasana perjalanan dengan santai sambil berfikir materi kajian yang akan disampaikan dalam forum.
Mendung kala itu menghiasi langit di musim kemarau, aktifitas kegiatan malampun berjalan apa adanya bersama rekan-rekan organisasi di baturaden Purwokerto, Jawa Tengah.
Menikmati kesejukan dinginnya suasana malam di pegunungan, diskusi dan bercerita sambil minum kopi, beberapa rekan rekan datang ke acara bersama anak istri dan keluarga, senyum menyapa dan kadang ada yang bertanya, “anak istri kok gak di ajak bapak” hanya tersenyum tanpa balasan kata-kata.
Handphone pun berbunyi, kawan seperjuangan telpon dan memberi kabar posisinya sedang pulang kampung di Sidareja Cilacap, sebut saja namanya mas into dan istrinya mbak ian, sejak mereka belum menikah sudah akrap berkawan seperti saudara.
“lagi acara di purwokerto ya, mampir ke Sidareja, dekat kok, cuman 30menit dari situ” kata mas into saat telpon.
Saya jawab “siap saya kesitu siang setelah penutupan acara ya, tapi mohon maaf belom bisa nginap, besok Minggu pagi ada kegiatan,” jawabku.
Mas into juga mengatakan, kalau sampai sini nanti saya ikut beserta anak istri ke solo, sekalian rekreasi liburan sekolah anak-anak, saya yang nyetir mobil sampai solo. ujar mas into.
Siang itu setelah selesai acara kutancap gas perjalanan dari baturaden ke arah Sidareja Cilacap, tanpa berfikir panjang kunikmati perjalanan yang katanya hanya 30menit ternyata lebih dari 2jam, dalam batin ku katakan “gua dikerjain nih sama mas into, ngomongnya setengah jam sampai ternyata jauh sekali sampai dua jam lebih” tapi tidak masalah sesekali silaturahim kerumahnya, baru pertama kali juga saya sampai Sidareja.
Sampai di Sidareja sudah sore bertemulah sama mas into dan mbak ian, ternyata sudah siap-siap dengan tas keperluan untuk ikut ke solo berlibur bersama anak dan istrinya.
Sambutan akrap dan penuh keramahan dari keluarga mas into dan mbak ian membuat ku nyaman pertama kali bertamu di Sidareja saat itu, dikenalkan dengan ibu mbak ian dan mas agus, dengan ramah dan sopan, berbincang dan bercerita sambil bercanda dan tertawa.
Menjelang petang mas into mengajak kerumah mama nya, juga penuh dengan keakraban, berbincang bercerita dan tertawa, seperti keluarga sendiri.
Setelah mandi dan sholat Maghrib kami kembali ke rumah mbak ian, berencana untuk melanjutkan perjalanan ke solo bersama-sama, saat kami hendak berpamitan ibu mbak ian berkata “sholat Isak dulu mas, biar tenang dalam perjalananya” langsung saya jawab “nggih, ayo mas into kita sholat jamaah Isak dulu sebelum brangkat” kamipun langsung berdiri untuk mengambil air wudhu di belakang.
Disinilah cerita Perjalanan Cinta di Sidareja akan dimulai, saat berjalan kebelakang untuk mengambil air wudhu tanpa di sengaja berpapasan dengan seorang wanita, akupun menatap dan mencuri pandang saat itu, bertanyalah dalam hati “siapa gerangan sosok wanita yang baru saja ku lihat, muncul getaran mahnet, ingin rasanya berkenalan, tapi tak ada keberanian untuk bertanya, karena mas into dan mbak ian hanya mengenalkan ibu dan mas nya”
Selesai sholat Isak akupun berusaha untuk mengulur waktu berangkat, berharap dikenalkan dengan sosok perempuan yang barusan ku temui, diskusi obrolan mulai ku buka kembali sambil menyalakan rokok dan minum kopi, keluarlah wanita yang barusan ku temui, tapi tetap gak ada keberanian untuk bertanya ataupun berkenalan.
Saat dia duduk di depan, ku curi-curi pandang dan sesekali meliriknya, dalam hatiku masih bertanya “siapa dia” kok gak ada yang ngenalin ya. Waktu pun berjalan, ahirnya kami berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke solo, sampai pamitan pun masih gak ada yang mengenalkan siapa dia.
Ahirnya kami lanjutkan perjalanan, dalam hati masih bertanya-tanya siapa dia, saat didalam mobil ahirnya ku beranikan diri untuk bertanya kepada mbak ian dan mas into, “tadi dirumah ada perempuan itu siapa ya” sambil tarik nafas tenang agar gak kelihatan kalau lagi cari info, dijawablah “itu adik saya namanya rianti” kata mbak ian.
Sambil bercerita dan bercanda dalam mobil sesekali saya kembali bertanya, “rianti adik mbak ian udah nikah belom” dijawab belom nikah masih singgle, lega hati ini mendengarkan, agar gak keliatan kalau lagi cari info kadang ku alihkan pembicaraan ke tema pembahasan yang lain.
Sampailah kami di solo, mbak ian dan mas into beserta ketiga anak-anaknya Ali, Aulia dan anum nampak ceria, bermain dan bercanda, berlari-lari dengan riang gembira.
Siang hari nya mas into dan mbak Dian beserta ketiga anaknya jalan-jalan, malam harinya kami berdiskusi dan bercerita, sesekali aku selipkan tanya tentang rianti kepada mbak ian dan mas into, beberapa hari pun berlalu, kecurigaan pun ada pada mereka saat ku tanyakan kembali tentang adiknya yang bernama rianti ini, dengan menghalau nafas panjang dan tenang ku coba santai agar gak ketahuan kalau aku suka sama rianti.
Tanpa ku sadari mas into mengajak diskusi tentang pekerjaan, meminta ijazah pendidikan serta sertifikasi profesi, identitas KTP dan KK, tanpa curigapun aku berikan semuanya, dengan cepat mas into berkata “ternyata Lo singgle, Pantesan tanya-tanya terus tentang rianti adiknya istriku, gua sudah curiga dari awal, kenapa gak pernah cerita” tegasnya sambil tertawa, hahahaha sambil tertawa bersama, ku jawab “kalian memang asik, ibu dan mas dikenalin kenapa adiknya gak dikenalin ke saya saat dirumah kemarin, aduh; ini obrolan laki-laki aja ya, jujur saya jatuh cinta pada pandangan pertama ke rianti adik kalian, walaupun belom kenal dan belom kalian kenalin juga” suasanapun jadi tertawa hahahaha… Sambil berkata dalam hati “malu aku, aduh gimana ini” langsung ku alihkan pembicaraan kepada urusan kerjaan yang dibahas, untuk mengalihkan tema pembahasan.
Malam pun berlalu dengan diskusi ringan, ke esok harinya mbak ian bertanya sesuatu kepada saya, ternyata sudah dapat cerita dari suaminya mas into, dengan tenang kujawab “iya mbak, kalau di ijinkan saya mau ta’aruf kenalan dengan rianti” mbak ian pun menjawab “nanti kalau di sidareja kita kenalkan ke rianti, silahkan, kenalan boleh-boleh saja” jawabnya.
Tak terasa sudah satu Minggu mbak ian dan mas into beserta keluarga ada disolo, sebelumnya mbak ian sempat telpon rianti kalau ada yang mau kenalan, mungkin agar rianti tidak kaget kalau saya yang minta untuk dikenalkan.
Sambil perjalanan ke arah Sidareja sambil bercerita-cerita, Saya mencoba membuka obrolan didalam mobil; pertama kali sampai kerumah mas into & mbak ian di Sidareja itu tanpa kepentingan apa-apa, kita sudah lama kenal berkawan sudah lebih dari saudara, sebatas silaturahim saja kunjungan saya ke Sidareja.
Proses hidupku ini tetap berlanjut dan berjalan apa adanya, sebenarnya sudah lama saya single dan ku nikmati proses hidup ini apa adanya, belom berfikir lg untuk membangun keluarga.
Tanpa disengaja dan tanpa rencana apapun, dalam proses perjalanan hidupku bertemu dengan seseorang rianti adik kalian di sidareja, jika berjodoh dan bisa bersama artinya itu petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
Jikapun belom berjodoh, proses kehidupan ku akan tetap berlanjut dan berjalan, apa adanya, saya hanya minta dikenalkan saja, jangan berlebihan juga saat bercerita tentang saya, hanya manusia biasa yang sama seperti kalian juga.
Selama ini saya hanya fokus di perjuangan yang ku jalani, menahan semua urusan duniawi dan membatasi urusan pribadi.
Jika saya berkunjung ke Sidareja silaturahim ke dirumah kalian lagi, saya masih sama sebagaimana saya pertama kali berkunjung ke sidareja, tanpa kepentingan apa-apa. kira-kira begitu mbak ian dan mas into. Sambil tertawa mereka menjawab “iya iya, pasti dikenalkan sama rianti besok, tenang” ungkapnya.
Sampailah di Sidareja tengah malam, suasana hati mulai gundah dan gelisah ingin rasanya segera bertemu dengan rianti lagi ke esokan hari, tengah malam pun tidak terasa ngantuk, sambil ngopi ku ajak mas into diskusi sampai pagi di teras rumah menemani suasana malam yang terasa lama sekali menyambut pagi ingin rasanya bertemu dan berkenalan dengan rianti.
Setelah sholat subuh kamipun istirahat sejenak, sekitar jam.08.00 pagi bangun dan santai di ruang tamu bersama mas into, gemetar rasa hati ini ketika rianti keluar dangan membawa sarapan pagi, “silahkan sarapan dulu, nasi gorengnya masih hangat” ucap rianti, akupun tak mampu berkata apa-apa hanya bisa memandang penuh dengan gengsi, kutarik nafas panjang agar gak kelihatan grogi depan rianti, mas into ku lihat menahan tawa sambil melihat tingkah anehku.
Ahirnya setelah sarapan akupun dikenalkan dengan rianti sama mbak ian, senang hati ini tapi tetap saja masih grogi, mas into bilang “nanti siang kita jalan-jalan, kita ke pantai, rianti ikut ya” dalam batinku berkata “bisa ngobrol berdua sama rianti” ingin rasanya kenal lebih dekat.
Mbak ian dan mas into bermain dengan anak-anaknya di pantai, akupun dikasih waktu untuk saling mengenalkan diri dengan rianti, bercerita sambil melihat ombak dengan suasana pantai yang sejuk, tak terasa sudah 2jam kami berbincang dengan akrap walau aku menutupi rasa grogi dah dig dug hati berdetak kencang didepan rianti sang pujaan hati, dalam hati ku berkata “sekian lama aku menutup diri dari wanita, kurasakan kali ini aku jatuh cinta” ku beranikan diri untuk mengungkapkan isi hati, rianti menjawab “sabar mas, kita perkenalan dulu saja” sambil tersenyum manis menggoda.
Hari begitu cepat berlalu, kamipun pulang lagi ke Sidareja, malam hari bersama mas into kami berdua berpamitan untuk melanjutkan perjalanan urusan kerjaan ke Jakarta, senang dan gelisah mulai terasa saat kami berpamitan melangkahkan kaki keluar dari Sidareja, ingin rasanya berlama-lama tapi belom tepat waktunya.
Untuk mengobati rasa rindu, setiap hari ku telpon rianti, ingin rasanya segera kembali ke Sidareja, keakraban mulai terbangun walau belom ada jawaban dari rianti tentang ungkapan isi hatiku, walaupun sudah bisa ku rasakan getaran cinta yang sama dari rianti…
Mas into dan mbak ian juga sering ngledekin kita katanya “lagi pada bucin” sambil tertawa, “biarin aja” kata rianti.
Kesibukan ku tetap berjalan di jakarta-solo, energi getaran mahnet cinta dari Sidareja sangat kuat, rasa rindu selalu membayangiku tetang rianti, setiap hari kami komunikasi melalui telpon berjalan natural dengan penuh kerinduan, “semangat hidup ku mulai ber api-api, pasti aku kembali, sidareja penuh rasa cinta” ucapku dalam hati…
.. BERSAMBUNG..
🙂