POLITIK, NASIONAL – Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny Januar Ali (Denny JA) menyebut hasil survei lembaganya, Prabowo Subianto kalah telak oleh Joko Widodo.
Namun demikian, kata Denny, kekalahan Prabowo mampu mengangkat elektabilitas Gerindra menjadi partai terbesar diurutan ke2.
Akibat kicauan Denny JA ini, mantan Staf Khusus Menteri ESDM, Muhammad Said Didu mengungkap borok Denny.
“Tiap hari beliau ini menjejali hasil survey apapun ke seluruh WA Grup tapi tdk pernah mau komunikasi dg anggota grup. Kesombongan “intelektual” ?,” komentar Said Didu di akun @saididu.
Sebagai pemilik lembaga survei, Denny JA secara terbuka mendukung Joko Widodo. Sehingga banyak pihak mencibir independensi lembaga survei miliknya. Salah satunya Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon.
“Sering sy bilang kebanyakan lembaga survei merangkap tim sukses alias konsultan politik. Survei dijadikan alat kampanye. Klu @Gerindra skrg dianggap urutan ke-2 ya nggak aneh, pemilu lalu urutan ke-3. Justru kami ingin berjuang menang di urutan pertama n menang pilpres,” ungkap Fadli Zon membalas kicauan Said Didu.
Tak hanya itu, meluncur pula tudingan lain dari tokoh Madura, Djoko Edhi S Abdurrahman. Mantan Anggota DPR RI itu menyebut Denny dikontrak Rp43 miliar untuk menjatuhkan Prabowo-Sandi.
“Denni dikontrak Rp 43 miliar utk menjatuhkan Prabowo Sandi. Di wag2 ia disingkirkan,” balas Djoko di akun @jokoedy6 di kicauan Denny.
Seperti diketahui, Museum Rekor Indonesia (Muri) pernah mengganjar Denny JA sebagai konsultan politik di dunia pertama yang membantu memenangkan pemilihan presiden tiga kali berturut-turut, yakni pada pemilihan umum tahun 2004, 2009, dan 2014.
Denny JA dinobatkan majalah TIME pada tahun 2015 sebagai salah satu dari 30 orang paling berpengaruh di internet.
Pengakuan itu diberikan untuk pengaruhnya di media sosial dan pengaruhnya melalui survei opini publik (jajak pendapat) dalam pemilihan presiden 2014 di Indonesia.